Jumat, 11 Agustus 2023


Contoh soal Ilmu Sosiologi Agama

1.    1,   Jelaskan bagaimana proses lahirnya ilmu sosiologi agama?

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798- 1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

 

2. Sedangkan sosiologi agama mempelajari peran agama di dalam masyarakat; praktik, latar sejarah, per - kembangan dan tema universal suatu agama di dalam masyarakat. Ada penekanan tertentu di dalam peran agama di seluruh masyarakat dan sepanjang sejarah. Sosiologi agama berbeda dari filsafat agama karena tidak menilai kebenaran kepercayaan agama, meski proses membandingkan dogma yang saling bertentangan membutuhkan apa yang disebut Peter L. Berger sebagai “ateisme metodologis” yang melekat. Sementara sosiologi agama berbeda dengan teologi dalam mengasumsikan ketidak-absahan supernatural, para teoris cenderung mengakui reifikasi sosial budaya dalam praktik keagamaan.

 

2.     3.   Mengapa ilmu sosiologi agama disebut sebagai ilmu profan?

Jawaban : Sakral dan Profan merupakan dua komponen yang erat hubungannya antar satu dengan yang lain. Sakral dimaknai sebagai suatu objek yang dianggap suci oleh sebagian orang, namun dilain sisi juga dianggap profan (biasa saja) bagi sebagian orang. Sakral dan Profan hadir dalam bentuk yang bermacam-macam, bisa dari wujud suatu benda, tempat, ritual/ upacara bahkan kebudayaan yang sudah menjadi kebiasaan dan norma di suatu tempat atau suatu kelompok tertentu sosiologi agama adalah cabang dan juga bagian vertikal dari sosiologi umum. Ia merupakan suatu ilmu yang menduduki tempay yang “profan”. Ia bukan ilmu yang sacral: bukan seperti ilmu teologi, tetapi ilmu profane, yang positif dan empiris yang dilakukan dan dibina oleh sarjan sosial,entah orangnya suci atau tidak suci. Karena maksud ilmu tersebut bukan untuk membuktikan kebenaran (objektivitas) ajaran agama, melainkan untuk mencari keterangan teknis ilmiah mengenai hal ihwal masyarakat agama. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapatlah dikatakan bahwasosiologi agama mempunyai kedudukan yang sama tingginya dengan rumpun ilmu sosial yang lain. Namun, bila dilihat sejarah kelahiran dan berkembangnya sosiologi agama itu, maka ilmu ini lebih merupakan ilmu terpakai dari pada ilmu teoritas murni.

3.  4,    Emile Durkheim dan Max Weber disebut sebagai bapak sosiologi agama. Tunjukkan dan uraikan studi yang dilakukan masing-masing yang berkaitan dengan sosiologi agama?

Jawaban : -  Durkheim, The Elementary Form of the Religious Life (1912)

Dalam The Elementary Form of the Religious Life, Durkheim membahas tentang agama paling primitif yang dikenal oleh manusia. Durkheim menolak mendefinisikan agama sebagai “kepercayaan terhadap sesuatu yang misterius” atau “kepercayaan terhadap sosok supernatural”. Bagi Durkheim, agama merupakan kesatuan sistem kepercayaan, dan praktik-praktik yang berkaitan dengan hal-hal suci (sacred) dan tidak suci (profane)[14].

Berangkat dari definisi tersebut, Durkheim menyatakan bahwa totemisme, atau pemujaan terhadap hewan dan tumbuhan, merupakan bentuk agama yang paling primitif yang dikenal oleh manusia. Durkheim berargumen bahwa gagasan mengenai hal-hal yang sifatnya sacred dan profane pasti diawali dari sesuatu yang wujudnya benar-benar empiris — nyata — bagi masyarakat tradisional, yaitu hewan dan tumbuhan, bukan fenomena alam (naturisme) maupun roh leluhur (animisme).

Menurut Durkheim, suku-suku dengan sistem kepercayaan totemisme memiliki ikatan persaudaraan yang unik. Alih-alih diikat oleh hubungan darah, mereka justru diikat oleh kesamaan nama atau “totem”. Totem ini sendiri umumnya mengambil bentuk dari spesies binatang, atau tumbuhan tertentu. Totem-totem ini diukir, ditulis, dan bahkan digambar di bagian tubuh para penganut totemisme. Menurut Durkheim, tindakan mengukir, menulis, dan menggambar totem-totem tersebut merupakan upaya untuk mengubah sesuatu yang sifatnya profane (kayu, batu, dan anggota tubuh) menjadi sacred — mengubah sesuatu yang tidak suci menjadi suci.

Lebih lanjut, Durkheim menjelaskan bahwa alih-alih menyimbolkan Tuhan, atau keberadaan lain yang sifatnya supernatural, totem merupakan simbol dari suku, atau klan yang bersangkutan. Berangkat dari argumen tersebut, Durkheim menyatakan bahwa “God is nothing more than society apostheosized,” atau dengan kata lain, Tuhan adalah masyarakat.

Untuk mendukung argumennya, Durkheim menyatakan bahwa Tuhan dan masyarakat memiliki empat kesamaan utama yaitu: 1) Keduanya merupakan keberadaan yang lebih besar daripada individu; 2) Keduanya ditakuti oleh individu; 3) Keduanya tidak dapat hadir tanpa adanya kesadaran individual; dan 4) Keduanya menuntut individu untuk mengorbankan sesuatu secara berkala.

Max weber, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1904–1905)

Dalam The Protestant Ethic, Weber mencoba melihat hubungan antara doktrin keagamaan dengan semangat kapitalisme. Data statisik yang berhasil Weber kumpulkan menunjukkan bahwa mayoritas pemilik modal, pemimpin perusahaan, serta tenaga kerja ahli di Jerman pada masa Weber merupakan pengikut ajaran Kristen Protestan.

Weber lalu melakukan investigasi dan menemukan bahwa salah satu cabang ajaran Kristen Protestan, yaitu Calvinisme, memiliki doktrin yang kompatibel dengan semangat kapitalisme. Menurut Weber, doktrin Calvinisme yang dibawa oleh Richard Baxter, penerus John Calvin, sarat dengan “etos keduniawian” yang mendorong pemeluknya untuk berkerja, dan mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya.

Doktrin Calvinisme mengajarkan bahwa aktivitas ekonomi merupakan bentuk pelayanan kepada Tuhan. Selain itu, doktrin Calvinisme juga menyatakan bahwa kekayaan seorang individu menandakan kecintaan Tuhan terhadap individu tersebut. Hal inilah yang menyebabkan pemeluk ajaran Calvinis berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan, untuk membuktikan rasa cinta Tuhan atas dirinya.

Lewat The Protestant Ethic, Weber menyatakan bahwa selain hasrat untuk menjadi kaya dan perkembangan teknologi, motivasi internal yang berasal dari nilai-nilai tertentu (dalam kasus ini, agama) juga turut berperan dalam mengembangkan semangat kapitalisme.

4.      5. Uraikan pengertian agama menurut Thomas F.O’dea, Nikolas Luchmann dan Joachim Wach, dan bagaimana menurut saudara?

Jawaban : Thomas F. O’dea bahwa; Kita dapat membagi pengungkapan intelektual dari agama kedalam dua bagian utama, yakni mitos dan rasional. Pertama, mitos adalah bentuk ungkapan intelekutal yang primordial dari berbagai sikap dan kepercayaan keagamaan Mitos berhubungan erat dengan perasaan dalam dari seorang individu.Ernst Cassairer, sarjana dan pengikut simbolisme menyatakan bahwa Mitos berasal dari emosi dan latar belakang emosionalnya mengilhami semua hasilnya dengan warnanya yang khusus. Manusia primitive bukan kurang memiliki kesanggupan untuk memahami berbagai perbedaaan empiris dari sesuatu. Tetapi dalam konsepsinya tentang alam dan kehidupan semua perbedaaan ini dihilangkan oleh prasaan yang lebih kuat. Mitos juga merupakan jenis pernyataan manusia yang kompleks, merupakan pernyataan yang dramatis, bukan hanya sebagai pernyataan yang rasional. Kedua, dalam pengalaman manusia, disamping itu mitos berkenaan dengan cara-cara pemahaman bentuk pemikiran dan metode penjelasan lainnya. Dihubungkan dengan kontak kebudayaan antara berbagai di masyarakat ke dalam strata dengan gaya dan pengalaman yang berbeda.

Nikolas Luhmann, melihat agama sebagai suatu cara dengan mana suatu fungsi khas dimainkan dalam situasi evolusioner yang berubah terus menerus.Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa agama telah dijadikan pedoman pemeluknya ketika ada permasalahan non-empiris.

Joachim wach. Hal seperti ini sebagaimanaungkapan Joachim Wach yang memberikanpengertian “pengalaman keagamaan adalahmerupakan  aspek  batiniah  dari  salinghubungan antara manusia dan fikirannyadengan Tuhan”.

5.      6, Tunjukkan perbedaan antara iman dan agama. Apakah orang yang sudah beriman dapat disebut sebagai orang yang beragama, jelaskan alasan-alasan saudara.

Jawaban : Iman dan agama itu berbeda. Iman itu percaya pada suatu ajaran agama atau percaya ada agama itu sendiri, jadi orang yang beriman sudah pasti beragama. sementara, agama adalah suatu institusi spritual yang di dalamnya ada aturan-aturan yang mengikat orang yang mempercayai dalam iman. Aturan ini bersifat doktrinis dan dogmatik. Orang yang beragama belum tentu beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar